Langsung ke konten utama

Cluster and Repeats (1)

Kali ini kita belajar tentang Cluster and Repeat. Hanya saja konsep ini saya pelajari dengan beberapa teman saya. Artinya saya tidak menulis ini sendiri. Adapun yang berperan dalam menulis artikel ini selain saya adalah Dwi Martha Nur Aditya, S.Pd., M.Pd. (Dosen Universitas Surabaya), Anis Samrotul Lathifah, S.Pd., M.Pd (Dosen Universitas Tribhuwana Tunggadewi), dan Dewi Sagita, S.Pd., M.Pd.

Kita mulai ya... apasih Cluster and Repeats itu? kalau langsung diterjemahkan cluster itu kelompok-kelompok, repeats itu ulangan-ulangan. kelompok yang diulang-ulang? hehehe...

Kita mulai dari Gen dulu ya...Set turunan gen hasil duplikasi dan variasi dari gen leluhurnya disebut keluarga genetis. Anggotanya akan memiliki gugus yang memiliki kemiripan. Gen biasanya akan memiliki hubungan pada bagian exonsnya, sedangkan intronnya menyimpang (dibuang). Exons yang memiliki peranan dalam penentuan fungsi protein.

Kejadian awal yang mengikuti perkembangan exons (gen) yaitu duplikasi, ketika beberapa sekuen dalam genom membentuk salinannya. Tandem (ulangan) duplikasi biasanya digunakan dalam proses replikasi dan rekombinasi. Pemisahan material duplikat dari satu kromosom ke yang lainnya disebut translokasi. Duplikat pada lokasi yang baru akan mengalami transposisi pada transposon. Adanya komponen exon yang terduplikasi, ternyata berbeda dari duplikat maka terjadi mutasi. Keluarga gen memiliki anggota yang identik yang disebut dengan gen cluster. Gen cluster memiliki jangkauan yang khusus. Keberadaan gen cluster ini mengindikasikan adanya evolusi. Hal ini terjadi akibat adanya unequal crossing-over (nonreciprocal recombination) dari sisi kromosom yang tidak homolog. Keadaan ini menunjukkan adanya pengulangan dari DNA parental ke keturunannya. Pengulangan ini dapat dianalisis menggunakan satelit DNA. Di dalam satelit tersebut terdapat rantai pendek DNA yang disebut mini-satelit. Dari sinilah dapat digunakan untuk tujuan pemetaan gen.

Duplikasi Gen Merupakan Kekuatan Utama dalam Evolusi

Setelah terjadi proses duplikasi terjadi proses kombinasi. Exon dan intron yang berduplikasi, dalam duplikatnya bisa aktif dan inaktif. Apabila ekspresinya inaktif pada duplikat, maka akan menyebabkan perbedaan ekspresi dari exon dan intron sebelumnya sehingga lambat laun bisa terjadi perubahan (evolusi). Selain itu, faktor terjadinya mutasi selama proses duplikasi juga dapat menyebabkan perubahan (evolusi). Keadaan ini diawali dengan ketidakcocokan individu, kemudian berlanjut terbentuk spesiasi, dan kemudian menjadi terpisah dari populasinya. Dalam kurun waktu yang lama disebut evolusi.

Gugus Globin Dibentuk Melalui Duplikasi dan Perbedaannya

Pada umumnya hasil duplikasi suatu gen akan menghasilkan salinan gen yang mirip dengan gen yang dikopi, tetapi pada beberapa kasus pada duplikasi tingkat lanjut akan terbentuk gugus yang memiliki keterkaitan dengan gen, misalnya gen globin. Unsur pokok dari sel darah merah adalah tetramer globin yang berikatan dengan heme dan membentuk hemoglobin. Gen globin pada semua spesies memiliki struktur umum yang sama yaitu dibagi menjadi 3 exon sehingga dapat disimpulkan gen globin diturunkan dari satu nenek moyang gen.

Pada sel dewasa, tetramer globin terdiri dari 2 rantai α identik dan 2 rantai β identik. Sel embrionik mengandung tetramer hemoglobin yang berbeda dengan sel dewasa. Setiap tetramer berisi dua seperti rantai α dan dua seperti rantai β yang identik, masing-masing rantai tersebut akan digantikan oleh polipeptida sel dewasa. Pada manusia, zeta dan alfa adalah dua rantai yang seperti rantai α. Sedangkan epsilon, gamma, dan beta adalah dua rantai yang seperti rantai β. Pada tahapan perkembangan manusia, ζ adalah rantai seperti α yang diekspresikan pertama, kemudian segera digantikan oleh rantai α. Pada jalur β, ε dan γ diekspresikan pertama yang kemudian akan diganti. Pada manusia dewasa, gen α2β2 mengkode hemoglobin sekitar 97% dan oleh α2δ2sebesar 2%, sedangkan pada janin 1% dikode oleh α2γ2. Pembagian rantai globin menjadi rantai seperti α dan seperti β memberikan gambaran adanya pengaturan gen. Setiap tipe globin yang dikode oleh gen menjadi suatu gugus tunggal. Pada gugus β mempunyai 5 gen yang fungsional yaitu ε, dua γ, δ, dan β, serta memiliki 1 gen non fungsional yaitu ψβ. 2 gen γ dibedakan berdasarkan kode sekuen pada satu asam amino. Gugus α terdiri dari 28 kb yang memiliki 1 gen aktif yaitu gen ζ dan satu gen ζ non fungsional, 2 gen α, 2 gen α nonfungsional dan gen θ yang belum diketahui fungsinya.

Perbedaan yang signifikan antara embrio dengan manusia dewasa adalah pada globin embrio dan fetal memiliki afinitas oksigen yang sangat tinggi. Hal ini sangat penting utnuk mendapatkan oksigen dari darah ibu. Gen fungsional didefinisikan sebagai ekspresi yang terdapat pada RNA dan dari protein yang terbentuk. Sedangkan gen nonfungsional didefinisikan sebagai ketidakmampuan gen dalam mengkode protein, hal ini diakibatkan oleh banyak faktor diantaranya adalah tidak lengkapnya tahapan transkripsi maupun translasi, gen ini disebut dengan pseudogen yang disimbolkan dengan ψ. Penyebaran gen fungsionaldan gen non fungsional berbeda disetiap kasus. Setiap kasus mengandung gen embrio dan dewasa. Gugus terpanjang terdapat pada kambing, di mana 4 gen dasar diduplikasi 2 kali.

Gen yang dibutuhkan untuk mengkode globins seperti β 20-120 kb. Jumlah tersebut jauh lebih besar dari yang diharapkan dalam pencarian protein globin β atau dari gen tunggal. Walaupun gugus ini bukanlah kejadian yang biasa, kebanyakan gen ditemukan sebagai lokus tunggal.Dari organisasi gen globin di berbagai spesies, dapat dilacak evolusi dari gugus gen globin dari satu gen nenek moyang globin. Gen leghemoglobin tanaman dapat menggambarkan bentuk gen nenek moyang. Gen globin dalam bentuk modern seperti pada urutan rantai tunggal mioglobin mamalia, yang mengandung garis keturunan gen globin 800 juta tahun yang lalu. Myoglobin gen memiliki pengaturan dan organisasi yang sama dengan gen globin, sehingga dapat disimpulkan 3 struktur exon menunjukkan nenek moyang dari globin.

Perbedaan Sekuen Adalah Dasar dari Jam Evolusi

Kebanyakan perubahan sekuen protein disebabkan oleh mutasi kecil yang terus bertambah. Mutasi poin dan sisipan kecil maupun delesi terjadi kapanpun, mungkin kurang lebih memiliki kemungkinan yang sama pada setiap genom, kecuali hotspot yang lebih sering terjadi. Ada sedikit mutasi yang bermanfaat. Saat terjadi kejadian yang langka, kemudian menyebar kedalam populasi dan menggantikan gen yang telah ada, maka dikatakan akan tetap pada populasi tersebut. Proporsi mutasi yang mengubah sekuen asam amino adalah netral, yaitu yang tidak mengubah fungsi protein dan kerjanya.

Rata-rata dimana perubahan mutasi terakumulasi adalah karakteristik dari masing-masing protein. Pada spesies, protein berevolusi oleh mutasi substitusi, yang diikuti dengan eliminasi atau fiksasi pada satu lokasi perkembangbiakan (breeding pool). Saat satu spesies terpecah menjadi dua spesies baru, masing-masing memiliki jalur evolusi yang berbeda. Melalui perbandingkan potein dari dua spesies, dapat diketahui perbedaan keduanya yang telah terakumulasi sejak pada saat moyangnya melakukan perkawinan silang.

Perbedaan antara dua protein yang diekspresikan disebut dengan divergensi (perbedaan), yaitu persentase dari posisi dimana asam amino itu berbeda.  Perbedaan antar protein dapat dilihat dari sekuen nukleotida, pada tiga basa nitrogennya. Sekuen nukleotida dari daerah pencetakan dapat dibagi  menjadi situs pengganti (replacement sites) dan situs diam (silent sites). Pada replacement site, mutasi memperbaiki asam amino yang dikode, efeknya (merugikan, netral, ataupun menguntungkan) tergantung pada pergantian asam amino. Pada silent site, mutasi hanya mengganti satu kodon sinonim dengan lainnya, sehingga tidak terjadi perubahan protein. Meskipun demikian, hal ini dapat mengakibatkan ekspresi gen melalui perubahan sekuen pada RNA. Mutasi pada replacement site merespon dengan perbedaan asam amino. Sebenarnya, perbedaan terukur memiliki perbedaan yang lebih rendah dengan yang terjadi saat evolusi, karena terjadinya pada satu kodon. 

Perbedaan antara replacement site dan silent site menunjukkan keberadaan hambatan yang sangat besar pada posisi nukleotida yang mempengaruhi protein. Jadi, mungkin sangat sedikit perubahan asam amino yang bersifat netral. Perbedaan dari pasangan sekuen globin kurang lebih proporsional hingga mereka berpisah. Hal ini membentuk jam evolusi yang mengukur akumulasi mutasi. Dengan membadningkan sekuen dari gen homolog pada spesies yang berbeda, angka perbedaan baik dari replacement ataupun silent sites dapat ditentukan. Misalnya pada gambar 6.9 yang menunjukkan bahwa adanya perbedaan pada gen globin dengan rata-rata ~0,096 % per juta tahun. Dengan mempertimbangkan ketidakpastian, hasilnya menujukkan waktu yang linear. Pada data silent site, kurang jelas. Pada gambar, perbedaannya jauh lebih besar dibandingkan dengan replacement site. Jika kita anggap bahwa harus ada perbedaan nol pada waktu nol, maka,, dapat dilihat bahawa sebenarnya silent site tidak menunjukkan data linear. Ketika data yang cukup telah dikumpulkan pada sekuens dari gen tertentu, argument  tersebut dapat dibalik dan dibandingkan bahwa gen dari spesies yang berbeda dapat digunakan untuk mengakses hubungan taksonominya.



kajian masih belum selesai. masih ada lagi di part berikutnya ya...


Sumber: Lewin, Benjamin. 2004. Genes VIII. New Jersey: Pearson Prentice Hall

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Translasi

Setelah mRNA keluar dari dalam inti, selanjutnya ia bergabung dengan ribosom dalam sitoplasma. Langkah berikutnya adalah penerjemahan kode genetik (kodon) yang dilakukan oleh tRNA . Caranya, tRNA akan mengikat asam amino tertentu sesuai yang dikodekan oleh kodon, lalu membawa asam amino tersebut dan bergabung dengan m RNA yang telah ada di ribosom. Langkah tersebut dilakukan secara bergantian oleh banyak tRNA yang masing-masing mengikat satu jenis asam amino yang lain. Mungkinkah tRNA keliru membawakan jenis asam amino sehingga tidak sesuai dengan kodon? Kecuali terjadi mutasi, kemungkinan hal ini sangat kecil terjadi. Karena setiap tRNA yang membawa asam amino akan berpasangan tepat sama dengan mRNA membentuk pasangan kodon – antikodon . Dengan cara demikian kecil kemungkinan ARNt ‘salah membawa’ asam amino. Setelah asam amino dibawa tRNA bergabung dengan mRNA di ribosom, selanjutnya akan terjadi ikatan antar asam amino membentuk polipeptida. Protein akan terbentuk setelah berla...

SILOGISME

Saya sering mengalami kesulitan dalam materi silogisme ketika tes TPA. Sebenarnya bisa menalar secara langsung, tetapi sering meras tidak yakin, jadi saya mulai belajar tentang materi ini. Saya pelajari konsep ini di Belajar Matematika Bersama Marfi-ario . Kunjungi situsnya ya...   jadi kita ada aturan umum dan khusus. ATURAN UMUM Setiap Premis Bernilai benar (jangan dibantah atau dipertentangkan dengan kenyataan). Misalnya seluruh orang itu baik. Kenyataannya kan tidak semua orang itu baik, tapi kita tidak boleh berdasarkan pada Jangan menyimpulkan yang tidak disebutkan (kecuali ada keterangan lain)   ATURAN KHUSUS Aturan ini ada tiga, Ponnen, Tollen dan Silogisme, jika tidak mengikuti salah satu itu, langsung saja jawab: TIDAK BISA DISIMPULKAN . hehehehe A.  Modus Ponnen P -> Q P _____ Q   Misal 1 Premis 1: Jika makan (P) maka kenyang (Q) Premis 2: Makan (P) Kesimpulan: Kenyang (Q)   B. Modus ...

Transkripsi Pada Eukariot

Transkripsi merupakan pembentukan/sintesis RNA dari salah satu rantai DNA, sehingga terjadi proses pemindahan informasi genetik dari DNA ke RNA. Secara fungsional, transkripsi diartikan sebagai transfer informasi genetik yang terdapat dalam urut-urutan nukleotida DNA menuju ke urut-urutan nukleotida RNA (Ayala, 1984 dalam Corebima, 2002); atau penyalinan atau perekaman informasi genetik yang ada pada DNA (berupa urutan nukleotida) yang menghasilkan salinan atau rekaman berupa urutan nukleotida RNA dan menggunakan DNA sebagai template (cetakannya) (Corebima, 2002) . Perhatikan Gambar 1 berikut!   Gambar 1. Proses Transkripsi Sebagaimana dibahas sebelumnya, bahwa dalam transfer informasi genetik dari DNA ditranskripsikan menjadi RNA. N amun telah diketahui bahwa DNA merupakan untai ganda , sedangkan RNA hanya memiliki untai tunggal (Gardner, E.J., Simmons, M.J., & Snustad, D.P., 1991) . Sebelum proses transkripsi, perlu diketahui terlebih dahulu untai DNA pengko...