Lanjutannya yang sebelumnya gaes...




Angka Substitusi Netral dapat Diukur Berdasarkan Perbedaan Sekuens yang Terulang
Kita dapat
memperkirakan rata-rata dari substitusi basa pada daerah netral dengan
memeriksa sekuens yang tidak mengkode protein. Seperti contoh pada gambar 6.11
bahwa prinsipnya dapat dilakukan dengan menghitung perbedaan dari masing-masing
individu pada anggota marga sebagai proporsi basa yang berbeda dari sekuen
moyang. Misalnya, perbedaannya berkisar antara 0,13 hingga 0,18 pada gambar,
dengan rata-rata 0,16. Pada gambar disamping, digunakan genom tikus dan manusia
yang telah tidak aktif pada saat yang sama ketika terjadi perbedaan. Melalui
perbandingan genom tikus dan manusia dapat mengakses baik sekuen sintetik yang
menunjukkan tanda konservasi atau memiliki perbedaan pada angka yang ditaksir
dari akumulasi sustitusi netral.
Pseudogen Merupakan Jalan Buntu dari Evolusi
Pseudogen (φ)
merupakan rangkaian yang terkait dengan gen-gen fungsional, tetapi tidak dapat
diterjemahkan menjadi protein fungsional. Beberapa pseudogen
memiliki struktur umum yang sama seperti gen fungsional, dengan urutan ekson
dan intron yang sama pula. Pseudogen mungkin saja tidak aktif karena adanya
mutasi yang mencegah salah satu atau semua tahapan ekspresi gen. Perubahan
dapat berupa penghapusan sinyal pada tahap inisiasi transkripsi, pencegahan
penyambungan pada titik pertemuan ekson intron, atau pemberhentian translasi
dini.
Biasanya
pseudogene memiliki beberapa mutasi yang merusakkan. Kiranya setelah tidak
aktif, tidak ada halangan untuk akumulasi mutasi lebih lanjut. Pseudogen yang
tidak aktif yang saat ini merupakan gen
aktif ditemukan pada banyak sistem, diantaranya globin, imunoglobulin, dan
antigen histokompatibilitas, di mana mereka berada di sekitar kluster gen,
sering diselingi dengan gen aktif.
Sebagai contohnya
yaitu pseudogene kelinci, φβ2, yang memiliki ekson dan intron, berhubungan
dengan β1 gen globin fungsional dan gen ini tidak fungsional. Penghapusan
pasangan basa pada kodon 20 dari φβ2 telah menyebabkan pergeseran kerangka sehingga
terminasi terjadi lebih awal. Beberapa mutasi titik telah berubah kemudian
kodon yang mewakili asam amino disimpan di dalam globin β. Tak satu pun dari
dua intron yang dikenali ekson, jadi mungkin saja intron tidak bisa disambung
lagi sekalipun gen tersebut ditranskripsi.
Bagaimanapun juga tidak ada transkrip yang sesuai dengan gen,
dimungkinkan karena telah terjadi perubahan di daerah apitan 5'.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada pseudogen dapat dilihat pada Gambar 6.12.
Gambar 2. Beberapa perubahan yang terjadi pada gen globin β sejak berubah menjadi pseudogen
Kerusakan gen karena mutasi berpotensi mencegah tahapan ekspresi gen, sehingga kita tidak mengetahui bagian gen mana yang sebenarnya tidak aktif. Jika dilihat perbedaan antara pseudogene dan gen fungsional, kita dapat memperkirakan kapan pseudogene muncul pada saat mutasi mulai terakumulasi.Jika pseudogene menjadi tidak aktif secara cepat akibat duplikasi dari β1, harapannya adalah sisi pengganti dan sisi diam yang berbeda berubah menjadi sama. (kedua sisi ini akan berbeda hanya jika gen ditranslasikan untuk menghasilkan tekanan selektif pada sisi pengganti.). Pada kenyataannya, substitusi sisi pengganti lebih sedikit dibandingkan substitusi sisi diam. Hal ini menunjukkan bahwa pada awalnya (ketika gen terekspresi) terjadi seleksi terhadap substitusi pengganti sisi. Dari perluasan substitusi relatif pada dua jenis sisi, dapat dihitung bahwa φβ2 menyimpang dari β1 ~ pada 55 juta tahun yang lalu, dan tetap menjadi gen fungsional selama 22 juta tahun, tetapi ternyata terdapat pseudogene untuk 33 juta tahun terakhir.
Perhitungan serupa dapat dibuat untuk pseudogen lainnya. Beberapa pseudogen semula merupakan gen aktif dan beberapa yang lain sudah merupakan pseudogen sejak awal generasi. Titik umum yang dibuat oleh struktur ini adalah bahwa setiap pseudogen telah berkembang secara independen selama pengembangan kluster gen globin di setiap spesies. Hal ini memperkuat kesimpulan bahwa penciptaan gen baru, diikuti dengan duplikasi fungsional, menjadi gen-gen yang fungsional, atau inaktivasi sebagai pseudogen, ini semua merupakan suatu proses yang berkelanjutan dalam kluster gen.
Gen tikus globin
φα3 memiliki satu sifat menarik: yaitu tidak mempunyai intron pada kedua sisi.
Urutannya dapat disejajarkan (berdasarkan akumulasi mutasi) dengan mRNA
α-globin. Waktu untuk inaktivasi bertepatan dengan waktu duplikasi asal, yang
menunjukkan bahwa peristiwa nonaktivasi
berkaitan dengan hilangnya intron.
Jika pseudogen
adalah jalan buntu dari evolusi, hanya iringan yang tidak diinginkan dengan
penataan ulang gen fungsional, mengapa mereka masih hadir dalam genom? Apakah
mereka mempunyai fungsi atau tidak, dalam hal ini tidak boleh ada tekanan
selektif untuk retensi mereka? Kita harus ingat
bahwa gen tersebut telah bertahan dalam populasi ini. Di masa lalu, sejumlah
pseudogen lain mungkin telah dieliminasi. Hal ini bisa terjadi karena adanya
delesi pada sekuen secara tiba-tiba atau karena adanya insersi pada mutasi
titik dimana pseudogen tidak terdapat pada sekuen tersebut.
Bahkan
peninggalan evolusi dapat diduplikasikan. Dalam β-globin gen dari kambing, ada
dua spesies dewasa, βᴬ dan βC. Masing-masing memiliki sebuah pseudogene
beberapa kb up-stream dari itu (disebut φβZ dan φβX, masing-masing). Kedua
pseudogen berhubungan satu sama lain lebih baik daripada dengan gen β-globin
dewasa, mereka saling bekerja sama pada saat inaktivasi mutasi. Dan juga, dua
β-globin dewasa lebih baik berhubungan satu sama lain daripada ke pseudogen.
Ini berarti bahwa struktur φβ-β asli sendiri diduplikasi, memberikan dua gen β
fungsional (yang menyimpang jauh ke dalam βᴬ dan gen βC) dan dua gen
non-fungsional (yang menyimpang ke pseudogen saat ini).
Mekanisme
tersebut bertanggung jawab terhadap duplikasi gen, delesi, atau penataan ulang
pada semua sekuen yang berada dalam suatu kluster, entah berfungsi atau tidak.
Ini merupakan hasil seleksi dari produk-produk yang dihasilkan.
Pindah Silang yang Tidak Sebanding Menyusun Kembali Gen Berkelompok
Ada banyak
peluang untuk pengaturan kembali dalam gen berkelompok yang berkaitan atau
identik. Kita bisa melihat hasilnya dengan membandingkan cluster β mamalia.
Meskipun kelompok gen melayani fungsi yang sama, dan semua memiliki organisasi
umum yang sama, masing-masing berbeda dalam ukuran, ada variasi dalam jumlah
dan jenis β-globin gen, dan jumlah dan struktur pseudogen berbeda. Semua
perubahan ini harus terjadi sejak radiasi mamalia, 85 juta tahun yang lalu
(titik terakhir dalam evolusi umum untuk semua mamalia). Pengaturan
kembali ini, bersama duplikasi dan variasi merupakan faktor penting dalam
evolusi, sama pentingnya dengan akumulasi perlahan dari mutasi titik pada suatu
gen. Apa jenis mekanisme yang bertanggung jawab untuk reorganisasi gen?
Suatu kelompok
gen dapat melebar atau mengerut akibat pindah silang yang tidak sebanding. Hal
ini berlangsung ketika rekombinasi terjadi antara gen- gen yang bukan alel nya
(nonallelic). Biasanya, rekombinasi melibatkan urutan DNA yang sesuai antara
dua kromosom yang homolog. Namun, ketika ada dua salinan sebuah gen di
masing-masing kromosom, maka pindah silang yang tidak sebanding tersebut dapat
terjadi. (Hal ini memaksa beberapa daerah yang berdekatan menjadi tidak
berpasangan).
Ketika
rekombinasi terjadi antara gen yang tidak bersesuain, peristiwa ini
menghasilkan kromosom–kromosom rekombinan yang salah satunya memiliki gen
dengan jumlah lebih banyak sedangkan lainnya memiliki gen yang lebih sedikit.
Rekombinan pertama memiliki peningkatan jumlah salinan gen dari dua hingga
tiga, sedangkan yang kedua memiliki penurunan dari dua banding satu. Pada
Gambar 3 menunjukkan peristiwa pindah silang yang tidak sebanding.
Gambar 3 Sejumlah gen dapat berubah karena peristiwa
pindah silang yang tidak sebanding
Apakah kromosom
memiliki keuntungan selektif atau kerugian tergantung pada konsekuensi dari
setiap perubahan sekuen produk gen, serta pada perubahan jumlah salinan gen. Hambatan bagi
yang tidak sebanding dengan pindah silang karena adanya struktur terputus dari gen. Dalam kasus seperti globins, ekson
yang berhubungan dengan salinan gen cukup mendukung gen untuk berpasangan;
bagaimanapun, sekuen dari intron menyimpang cukup besar. Pembatasan gen yang
berpasangan dengan ekson mengurangi
pemanjangan DNA yang terlibat. Hal ini akan menurunkan perubahan pindah silang
yang tidak sebanding. Jadi perbedaan antar intron bisa meningkatkan stabilitas
kelompok gen dengan menghambat terjadinya pindah silang tidak sebanding.
Thalassemia
merupakan hasil dari mutasi karena pengurangan atau pencegahan sintesis globin
α baik atau β. Terjadinya mutasi dikarenakan pindah silang yang tidak sebanding
dalam kelompok globin gen manusia. Kebanyakan
thalassemia karena dari pada bagian cluster. Pada beberapa kasus, ujung delesi
berada pada sisi yang homolog, dimana sama dengan yang diharapkan pada pindah
silang tidak sebanding.
Gambar 4
merangkum penghapusan yang menyebabkan α-thalassemia. Delesi panjang terjadi di
α-thal-1, bervariasi pada ujung kiri, dengan posisi ujung kanan terletak di
luar gen yang dikenal. Delesi menghilangkan kedua gen α. Delesi pendek terjadi
di α-thal-2 dan hanya menghilangkan salah satu dari dua gen α. Bentuk L
menghilangkan 4.2 kb DNA, termasuk gen α2. Ini dimungkinkan merupakan hasil
dari pindah silang tak sebanding, karena ujung delesi terletak pada daerah
homolog, tepat di sebelah kanan dari gen Ψα dan α2. Hasil delesi R dari
penghapusan 3,7 kb DNA, merupakan jarak yang tepat antara gen α1 dan α2. Hal
ini memunculkan pindah silang tidak sebanding antara gen α 1 dan α2 dan gen.
Kondisi seperti sesuai dengan Gambar 4.
Gambar 4 α-thalassemia karena peristiwa
delesi pada kelompok gen α globin
Individu yang
mengidap thalassemia mungkin memiliki rantai α berjumlah nol sampai tiga, tergantung pada kombinasi
diploid kromosom thalassemia. Ada beberapa perbedaan dari tipe ganas (empat α
gen) pada individu dengan tiga atau dua gen α. Jika individu hanya mempunyai
satu gen α, rantai β yang berlebih akan membentuk tetramer β4, yang menyebabkan
penyakit hemoglobin H (HbH). Ketiadaan gen α di dalam tubuh janin akan
berakibat fatal pada saat atau setelah kelahiran.
Pindah silang tak
sebanding yang menyebabkan penyakit thalassemia juga dapat terjadi pada
kromosom dengan 3 gen α. Individu dengan kromosom tersebut telah diidentifikasi
dalam beberapa populasi. Pada beberapa populasi, frekuensi lokus triple α sama dengan lokus single α, pada populasi
lainnya, umumnya gen triple α jauh lebih sedikit daripada gen single α. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat faktor selektif yang bekerja pada tingkatan gen pada populasi
yang berbeda.
Variasi jumlah
gen α relatif sering ditemukan, yang menyatakan bahwa pindah silang tak
sebanding sudah umum terjadi. Pindah silang ini sering terjadi pada kelompok
gen α daripada kelompok gen β, karena dimungkinkan intron dalam gen α jauh
lebih pendek dan adanya hambatan pada saat gen nonhomolog berpasangan. Delesi
yang menyebabkan penyakit β-thalassemia terdapat pada Gambar 5.
Gambar 5 Delesi pada kelompok gen β globin
menyebabkan beberapa tipe penyakit thalassemia
Dalam beberapa
(jarang) kasus, hanya gen β terpengaruh. Pada gen ini terjadi delesi
sebesar 600 bp, membentang dari intron
kedua melalui daerah apitan 3'. Pada kasus lain, lebih dari satu kelompok gen
yang dipengaruhi. Kebanyakan delesi terjadi sangat panjang, membentang dari
ujung 5’ pada peta gen untuk > 50 kb ke kanan.
Jenis Hb Lepore
memberikan bukti klasik bahwa delesi menghasilkan pindah silang yang tidak
sebanding diantara gen-gen yang saling terhubung. Gen β dan δ berbeda hanya 7%
pada sekuennya. Rekombinasi yang tidak sebanding menghapus materi antara gen,
sehingga sehingga terjadi penyatuan. Gen menyatu menghasilkan rantai tunggal β-
yang terdiri dari sekuen ujung N dari δ bergabung dengan sekuen ujung C dari β.
Perbedaan dari
beberapa jenis Hb Lepore lainnya terletak pada titik transisi dari sekuen δ ke
β. Jadi ketika gen δ dan β berpasangan pada saat pindah silang tidak sebanding,
titik rekombinasi menentukan posisi perubahan dari sekuen δ ke β yang terjadi
pada rantai asam amino. Kebalikan kondisi
di atas ditemukan pada Hb anti-Lepore, yang dihasilkan oleh gen yang memiliki
ujung N di bagian β dan ujung C di bagian δ. Penyatuan gen terjadi antara gen
normal δ dan gen β.
Bukti pindah
silang tidak sebanding dapat terjadi pada gen yang letaknya berjauhan telah
diidentifikasi pada peristiwa penyatuan hemoglobin lainnya yaitu Hb Kenya. Gen
ini terdiri dari sekuen ujung N gen λɣ dan sekuen ujung C gen β. Penyatuan
dihasilkan dari pindah silang antara antara λɣ dan β, yang perbedaan sekuen
20%.
Berdasarkan
perbedaan diantara kelompok gen globin pada mamalia, dapat dilihat bahwa
duplikasi yang diikuti dengan variasi merupakan hal yang penting terjadinya
evolusi pada masing-masing kelompok gen. Delesi pada manusia yang mengidap
thalassemia menunjukkan bahwa pindah silang yang tidak sebanding terjadi secara
terus menerus pada kedua kelompok globin. Setiap terjadi keadaan yang seperti
ini yaitu duplikasi dan delesi, kita harus memperhitungkan nasib kedua lokus
rekombinan dalam populasi. Delesi juga dapat terjadi karena rekombinasi
diantara sekuen-sekuen yang homolog pada kromosom yang sama. juga
kromosom yang sama. Hal ini tidak menghasilkan duplikasi yang sesuai.
Sulit untuk
memperkirakan frekuensi alami dari peristiwa ini, karena kekuatan selektif
cepat menyesuaikan tingkatan kelompok variasi dalam populasi. Umumnya kontraksi
didalam sejumlah gen cenderung merusak dan melawan. Namun, dalam beberapa
populasi, mungkin ada keuntungan seimbang yang mempertahankan bentuk karena
delesi pada frekuensi rendah. Struktur dari kelompok manusia saat ini menunjukkan
beberapa duplikasi yang membuktikan pentingnya mekanisme tersebut. Sekuen yang
fungsional meliputi dua gen α yang mengkode protein yang sama, yang berhubungan
dengan gen β dan gen δ, dan keduanya hampir identik gen ɣ. Duplikasi ini telah
bertahan di dalam populasi, belum lagi duplikasi yang awalnya dihasilkan
berbagai jenis gen globin. Duplikasi lain mungkin menimbulkan pseudogen atau
telah hilang. Harapannya duplikasi dan delesi terjadi secara yang kemudian
menjadi fitur dari semua kelompok gen.
dan masih akan dilanjutkan...
Sumber: Lewin, Benjamin. 2004. Genes VIII. New Jersey: Pearson Prentice Hall
Komentar
Posting Komentar